Indonesia, Ekonomi Kerakyatan, Samanhudi. [MOCAS SPB 2] ON Kamis, 12 Oktober 2017 AT 07.59
[Surakarta, 24 September 2017]
Pada hari itu, saya dan rekan lainnya dalam Sekolah Penerus Bangsa mendapat kesempatan untuk mendatangi Museum Samanhudi yang letaknya ada di Jl. K.H. Samanhudi No.75, Sodokan, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah. Tampak depan mungkin memang terlihat sebuah kantor kecamatan Sodokan biasa, akan tetapi dibaliknya terdapat sebuah museum yang memuat banyak sekali kisah dan peninggalan lama dari seorang pahlawan besar kita, K.H. Samanhudi. Dan museum ini baru saja diresmikan pada tanggal 28 September 2011 oleh Ir. Joko Widodo yang pada saat itu masih menjabat sebagai Walikota Surakarta.
K.H Samanhudi merupakan pendiri dari organisasi Sarekat Dagang Islam atau yang biasa disebut dengan SDI. Beliau lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1868. Selain karena menjadi pendiri dari organisasi SDI, beliau juga merupakan salah satu penggerak Ekonomi Kerakyatan yang cukup berpengaruh bagi masyarakat di sekitarnya, terutama di Surakarta itu sendiri. Beliau merupakan salah satu pendiri bisnis batik terbesar di Laweyan dan menuai kesuksesan yang besar sehingga namanya menjadi salah satu sosok yang paling terkenal dengan suatu pergerakan yang menuai keberhasilan.
Selain mengunjungi museum Samanhudi yang terletak di Sodokan, kami juga mengunjungi makam dari beliau dan juga makam dari istri beliau yang terletak cukup dekat dari Masjid Laweyan dan melewati Tugu Batik pusat kampung Laweyan yang pernah berjaya di masa Samanhudi. Juga kunjungan ke rumah pemberian Soekarno yang baru saja diberikan 11 (atau lebih?) tahun setelah kemerdekaan Indonesia sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa Samanhudi.
Inilah sebuah cerita singkat mengenai seorang pahlawan besar kita yang telah menggoreskan jejak kepahlawanan dan menyejahterakan masyarakat pada masa itu. Lalu apakah kita akan mengikuti jejak para pahlawan kita, atau justru malah mencoreng nama baik pahlawan-pahlawan kita?